Langsung ke konten utama

Doyan Pedes? Kamu Wajib Nyobain Sambel Setan

Mau curhat dulu...
Jadi, sesungguhnya salah satu yang bikin gue belum bisa move on dari Ciputat adalah adanya tokoh-tokoh yang bisa nemenin makan ketika di kosan lagi sendirian (nanti bakalan disebutin satu-satu di paragraf berikutnya). Ya, walau pada kenyataannya di kosan emang sendirian terus sih, hiks :) Jadi, selanjutnya kita gak perlu bahas tentang kesendirian, sensitip (pake P), mending kita langsung ke intinya aja, Cuzzzz..........! 

Malam minggu dapet WA dari Said yang sedang berbahagia, ngundang gue buat dateng ke rumpus, buat makan martabak *****. Jadi, Said ini baru selesai sidang skripsi (selamat ya Dun, fenaleee....), jadi dia mau berbagi kebahagiannya bersama semua penghuni rumpus tercinta. Jangan tanya rumpus itu apa, yang jelas itu nama suatu tempat yang kalo dijelasin bakal panjang buanget. 

Sesampainya di rumpus, terdapatlah tokoh-tokoh yang biasa gue jadiin mangsa alias temen makan. Ada Andik, Olik, Aco, Rifki, Said. Mereka cowo semua ya? Iya, tapi mereka baik-baik semua kok, ga pernah gigit hehe. Eh tapi ada Akma & Kiki juga, mereka 2 sejoli yang kadang ikut makan bareng juga. Ditambah personal baru, Bang Ical, pengusaha Takoyaki Hitssss Se-Ciputat Raya! Dan... Lucky me, semua penghuni rumpus belum makan semua. 

Setelah melalui debat panjang berjam-jam, akhirnya gue yang nentuin kali ini kami semua bakal makan di.... SAMBEL SETAN! 

Sebenernya ga pernah makan di tempat ini, cuma sering lewatin aja dan rame terus. Akhirnya penasaran pengen nyobain. Secara, tempat makan ini temanya sambel-sambelan gitu. 

Dan, terbukti setelah kami datang, tempatnya rame banget. Jadi waiting list deh. Sebenernya tempat makannya biasa-biasa aja. Kaya tempat makan pecel lele biasa, tapi yang ini duduknya ngemper gitu. Karena tempat duduk yang sangat terbatas, jadi yang antri waiting list banyak banget.

Menu yang disajikan di Sambel Setan ini adalah menu ke-sunda-sunda-an. Ada daging Burung Puyuh, Ayam Goreng, Cumi Goreng, Lele Goreng, Ikan Gabus, Ikan Sepat, Ikan.... (ikan asin apa gitu ya satu lagi, lupa :(), Tempe, Tahu, Ceker, Pete, Terong, lalapan, dan Tentunya Si Primadona... Sambel Setannya! Oya, FYI, sambel yang disajikan di Sambel Setan ini dibuat OTS lhooo alias On The Spot alias diulek pas waktu itu juga. Jadi sambelnya masih freeeesssh banget. Bagi yang ga doyan pedes, dianjurkan untuk makan sambelnya pake kecap. Karena sambelnya sangat lumayan menggiyang lidah. Seeeeeuuuhah! 

Harga menu di Sambel Setan terjangkau murah buat agan dan sis yang lagi kantong kering akhir bulan. Makanan di sini dilabeli harga mulai dari 1000-20.000 rupiah aja. Jadi, makan di sini bakal kalap dan gak inget diet wuehehe. 

Lokasi Sambel Setan yang kami sambangi terletak di Jln. Kampung Utan Ciputat. Kalo agan dan sis berangkat dari UIN Syahid, letaknya sebelah kiri sebelum Stasiun Pondok Ranji. 

Buat yang doyan kuliner pinggiran dan pecinta makanan pedas, ini sangat dianjurkan. Selain makanannya enak, harganya juga terjangkau. Khusus buat orang Sunda, menu di sini bisa jadi obat penggugur rindu masakan emak di kampung halaman. Selamat mencoba! 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KETHEK OGLENG

Wonogiri merupakan salah kabupaten yang ada di Jawa tengah. Kabupaten ini mempunyai pesawahan yang sangat luas dan tercatat memiliki penduduk sebanyak kurang lebih 1.252.000,- jiwa. Secara sejarah kota ini merupakan basis perjuangan Raden Mas Said atau Pangeran Mangkunegara I dan wangsa Mataram ketika perang melawan para kompeni pada pertengahan abad ke-18. Wilayah Wonogiri yang tandus dan berbukit, secara kultural melahirkan beragam corak budaya yang bervariasi. Meskipun Wonogiri terletak di daerah Jawa, namun Wonogiri tetap menunjukkan ciri khas dan keragamannya sendiri lho! contohnya adalah kesenian Kethek Ogleng. Kethek Ogleng merupakan salah satu seni tari yang ada di Wonogiri. Kalian   yang mempunyai latar belakang Jawa mayoritas pasti tahu arti dari Kethek itu sendiri. Ya, dalam bahasa Jawa, Kethek berarti seekor kera sedangkan Ogleng sendiri berarti suara sarun demung ( sarun besar) yang sebagian orang menyebutnya gleng . Tarian ini merupakan sebuah...

Sampyong Betawi

      DKI Djakarta. Kota yang terkenal dengan kemacetannya ini ternyata kaya akan seni budaya juga lhoo... seperti salah satunya yang akan kita bahas yaitu Sampyong! Sampyong, merupakan sebuah alat musik yang berasal dari Jakarta dan sudah ada diperkirakan pada masa sebelum Islam. Mengapa demikian? Karena musik ini digunakan untuk meramaikan upacara baritan atau sedekah bumi. Seperti kita ketahui, upacara sedekah bumi itu bertujuan menyampaikan persembahan kepada Dewi Kesuburan yaitu Dewi Sri.   Nah penasaran, kaaan... bagaimana sih cara menggunakan Sampyong ini? dan apakah pada zaman yang sudah serba modern ini alat musik klasik seperti itu masih terlihat eksistensinya?   Jakarta pada kisaran tahun 1970 masih merupakan salah satu kota agraris. Pada masa itu, kota yang sekarang dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit ini masih dipenuhi sawah-sawah yang menghampar luas. Naaah, Di sinilah uniknya,  ternyata, sawah-sawah yang mengahampar tersebut berkaita...

Harapan bagi para “Survivor” Pejuang Kanker melalui I am Hope

I am Hope, film yang akan rilis pada 18 Februari 2016 ini merupakan film inspirasi yang menggambarkan bahwa masih ada harapan bagi para pejuang kanker. Harapan tersebut, selain dituangkan dalam layar lebar, para pemain dan kru seperti Tatjana, Ariyo Wahab, Wulan Guritno, tepat pada tanggal 19 Januari 2016 menebarkan langsung banyak harapan pada para “Survivor” di Rumah Sakit Dharmais Jakarta dalam bentuk support dan bantuan berupa makanan sehat, vitamin, peralatan bermain dan peralatan sekolah.    Berkunjung langsung ke rumah sakit kanker tentu ada sensasi dan kesan tersendiri. Ketika kita melihat adik-adik dan saudara kita yang sedang berjuang di bangsal-bangsal, siapapun pasti akan terenyuh hatinya. Namun, di luar perkiraan kita, keceriaan dan senyuman tulus tergurat di wajah walaupun pada kenyataannya sakit tiada tara yang harus mereka derita. Melalui aksi solidaritas “Bracelet of Hope” pula-lah, Wulan Guritno dan kru ingin selalu membangkitkan harapan dalam di...